Tentang Pendidikan Anak dalam Islam

Dewasa ini kita ketahui banyaknya metode-metode pendidikan yang berasal dari dunia barat maupun para pakar2 di bidang konsultasi anak - yang katanya- merupakan tolok ukur kemajuan di bidang pendidikan, dan hal ini juga banyak digandrungi oleh banyak sekolah-sekolah islam terpadu. Sebagai contoh adalah mengajarkan dengan cara menyampaikan TANPA memerintah atau melarang. Metode ini jelas menyelisihi salah satu pokok ajaran islam dalam hal “larangan dan perintah”, yang lebih dikenal dengan sebutan “amar ma’ruf dan nahi mungkar“. Ini amat berbahaya bagi kelangsungan agama mereka, sebab ini akan mengikis habis prinsip amar ma’ruf & nahi mungkar dari jiwa mereka. Dan tidaklah Al Quran diturunkan melainkan didalamnya banyak terkandung “perintah & larangan”, juga dalam banyak hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam menggunakan metode “perintah dan larangan”. Sebagai misal adalah sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam:

Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.” HR Ahmad (II/187), Abu Dawud (no. 494, 495), At-Tirmidzi (no. 407), Ad-Darimi (I/333) dan Al-Hakim (I/201) dari Sahabat Sabrah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah dalam kitabnya, Shahih Jami’ush Shaghir (no. 5867) dan Irwaa-ul Ghalil 9no. 247).

Dan banyak lagi metode-metode pendidikan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam ini; betapa banyak kita sebagai orang tua begitu bangga dengan anak kita yang ketika masih kecil sudah pandai bernyanyi (lagu dewasa?), bangga dengan cita2 dunia mereka, bangga dengan pakaian2 mereka yang mengikuti mode saat ini, yang semua itu dengan dalih untuk mengembangkan kreatifitas berfikir mereka dan tidak ketinggalan zaman.

Apakah ini berarti Islam mengekang kebebasan berfikir mereka (anak)? TIDAK, Islam hanya melindungi hak mereka dari kewajiban orang tua di dalam memberikan pendidikannya, yaitu yang sesuai dengan syari’at agama ini yaitu Al Quran dan Sunnah. Hal inilah yang sering dilupakan oleh sebagian orang tua yang hanya banyak mengandalkan pendidikan yang bersifat duniawi, andaikanpun telah menyekolahkan anak mereka di Sekolah Islam Terpadu, maka hal ini sudah merasa aman dan cukup dengan pendidikan tersebut tanpa harus meneliti ulang metode dari ajaran islam yang digunakan. Tidakkah kita lupa dengan perintah ayat di atas (QS. At-Tahrim : 6) yang merupakan tanggung jawab besar kita? Dan semoga kita juga tidak melupakan bahwasannya tujuan dari hidup ini adalah hanya beribadah kepada Allah saja.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku” (QS Adz Dzaariyat:56)

Alangkah beruntungnya, jika kewajiban kita didalam mendidik anak-anak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan keistimewaan manfaat berupa amal yang tidak terputus. Untuk itulah, tidak ada sebaik-baik petunjuk & contoh didalam mendidik anak kita kecuali petunjuk dari Nabi kita yang mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau adalah suri tauladan terbaik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

Yang artinya: “Sungguh pada diri Rasul terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian, …” (QS Al Ahzab:21)

Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:

1. Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak

Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)

Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,

Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar” (Luqman: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita,

Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.

Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.

2. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah

Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tatacara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).

Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).

Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

3. Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak

Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.

4. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia

Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.

Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.

5. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan

Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.

Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-, sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!

6. Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian

Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.

Justru yang kita lihat saat ini, anak2 bayak dijejali dengan cerita2 dongeng, kurafat, tokoh-tokoh kafir (sehingga tidak bisa disalahkan jika mereka lebih nge-fans bahkan mencintai orang2 kafir daripada Nabi, para Sahabat dan orang-orang shalih lainnya

7. Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i

Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.

8. Menjaga mereka (anak-anak) dari makanan yang tidak halal

Pendidikan bukan hanya dengan cara mengajari mereka, akan tetapi lebih dari itu, karena mencakup banyak hal, diantaranya adalah menjaga mereka dari makanan yang tidak halal, dan segala yang tidak halal untuk mereka, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersama cucunya Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib rodhiallohu ‘anhuma.
“Al Hasan bin Ali rodhiallohu ‘anhuma mengambil sebiji kurma dari kurma shadaqah (zakat), kemudian ia memasukkannya ke dalam mulut (hendak memakannya) maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: ‘Kakh, kakh,’ agar ia mencampakkannya, kemudian beliau bersabda kepadanya, ‘Tidakkah engkau sadar bahwa kita tidak (halal) memakan shadaqah?’” (Muttafaqun ‘alaih)

9. Adanya Uswah Hasanah

Pendidikan anak akan lebih menghasilkan buahnya bila disertai dengan adanya uswah hasanah, yaitu dengan cara mencontohkan setiap yang kita ajarkan pada mereka dalam bentuk praktek nyata dari orang tua.

Keshalihan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar bagi keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orang tua akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.

10. Adanya Metode Perintah & Larangan.

Di antara metode pendidikan yang diajarkan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam ialah dengan menggunakan metode “perintah dan larangan”. Dan hal ini “larangan dan perintah” merupakan salah satu pokok ajaran islam, yang lebih dikenal dengan sebutan “amar ma’ruf dan nahi mungkar“. Namun juga hendaknya bahwa metode perintah dan larangan ini disertai dengan penjelasan yang benar dari dari dalil perintah dan larangan tersebut, bukan dengan thatoyyur (cerita-2 tahayul yang tidak ada dasarnya). Misalnya, jika ada yang bersin berarti ada yang membicarakan, jika ada cicak jatuh ke badan berarti mendapat rezeki, jika ada makanan jatuh berarti ada yang menginginkan dan kepercayaan-kepercayaan yang tidak ada dasarnya sama sekali. Karena sesungguhnya tathoyyur adalah perbuatan yang dapat merusak tauhid karena ia termasuk kesyirikan.

11. Dibenarkannya Hukuman Fisik

Di antara metode pendidikan ialah dibenarkannya hukuman fisik, yaitu berbentuk pukulan, bahkan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan jelas memerintahkan kita untuk memukul anak-anak kita bila mereka telah berumur 10 tahun dan berani meninggalkan sholat atau bermalas-malasan untuk sholat. Bukan hanya dalam mendidik anak saja kita disyariatkan untuk memukul, bahkan dalam mendidik istri (yang tentu sudah baligh dan dewasa, dan mungkin sudah berumur 60 tahun) kita juga disyariatkan untuk menggunakan metode memukul.

Tentunya metode ini tidak dilakukan dengan sembarangan dan semena-mena, atau bahkan dengan cara-cara yang menjadikan anak cidera atau terluka, atau memukul di muka dll, sebagaimana yang dijelaskan dalam dua hadits di atas. Dan tentunya tidak dilakukan setiap saat, sebagaimana hal ini jelas dari teks ayat di atas, yaitu bila nasihat dan peringatan yang berbentuk kata-kata tidak berguna atau tidak dihiraukan lagi.

Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi diri saya sendiri, orangtua dan para pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.
0 Response to "Tentang Pendidikan Anak dalam Islam"

Posting Komentar

Jangan Sungkan untuk menuliskan komentar Anda tentang Artikel ini.

Powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme | Dasbor